"NAGA" DALAM KHAZANAH "KITAB KUNING"

"NAGA" DALAM KHAZANAH "KITAB KUNING"
Oleh:
M. Afif Yuniarto, S.H.I., M.Ag


Dalam bahasa Arab, khususnya dalam beberapa kamus kontemporer seperti kamus Al-Ma'ânî, "Naga" (dragon) adalah terjemahan dari kata "tinnîn" (تنين). Tentang bagaimana sebenarnya bentuk "Naga" itu, para ulama mempunyai penggambarannya masing-masing.

'Abdul Lathîf 'Âsyûr dalam kitab "Mausû'atut Thayr wal Hayawân fil Hadîts al-Nabawî" mendeskripsikan "Naga" sebagai hewan perpaduan antara reptil dan aves (burung). Bentuknya seperti ular besar, namun memiliki jari-jari tangan seperti macan, ada pula yang mengatakan jarinya seperti elang. Ia bisa terbang layaknya burung.

Al-Damîrî dalam kitab "Hayâtul Hayawân al-Kubrâ" memasukkan "Naga" dalam salah satu jenis ikan, meskipun secara fisik ia lebih dekat kepada ular. Mengutip perkataan al-Qazwainî, al-Damîrî menyampaikan bahwa "Naga" memiliki rupa yang lebih buruk dari sawfish alias  hiu todak (carpenter shark). Giginya bertaring tajam seperti tombak. Mulutnya lebar. Tubuhnya panjang. Matanya merah menyala. Tatapan matanya membuat hewan darat dan laut ketakutan. Kulitnya loreng-loreng seperti macan, bersisik seperti ikan. Kepalanya mirip kepala manusia namun terlihat lebih lancip seperti gunung. Dan mempunyai dua sayap yang sangat besar. Jika "Naga" melintas, maka lautan akan menumpahkan airnya (tsunami).

Konon pada masa silam, "Naga" itu adalah "ular nakal" yang suka memangsa hewan darat sampai populasinya berkurang. Karena kenakalannya itu, si ular nakal lalu dibuang oleh malaikat ke dalam laut. Namun kenakalannya itu tidak hilang. Di laut, si ular nakal itu tetap memangsa hewan-hewan laut hingga badannya kian hari semakin membesar.

Di negara-negara Timur Tengah, "Naga" adalah perlambang kejelekan. Hal ini ditengarai oleh cerita rakyat masa lalu yang berkembang di sana. Di Mesir misalnya, orang-orang menghubungkan "Naga" dengan kisah Raja Oedipus yang berhasil membunuh "Naga" yang seringkali mengganggu penduduk setempat.

Hal serupa juga disampaikan al-Jâhidh dalam kitab al-Hayawân yang ditulis pada pertengahan abad ke-3 Hijriah. Cerita tentang "Naga" didapatkan al-Jâhidh secara langsung dari penduduk Antiokia. Ketika al-Jâhidh datang mengunjungi masjid Antiokia, ia melihat sepertiga bangunan menara masjid bagian atas memiliki bentuk bangunan yang tampak lebih baru dan modern dibanding dua pertiga menara yang di bawahnya. Al-Jâhidh penasaran dengan hal itu, lantas menanyakannya pada penduduk setempat.

Jawaban mengejutkan disampaikan oleh para penduduk Antiokia. Mereka mengatakan bahwa pada mulanya menara masjid itu memiliki bangunan yang sama. Namun kemudian bangunan bagian atas menara itu rusak (roboh) karena ulah "Naga" yang tiba-tiba muncul dari laut lalu terbang di udara sehingga bangunan-bangunan yang ada di bawah "Naga" itu hancur karena tersabet oleh ekornya, termasuk menara masjid tersebut. Peristiwa itu konon disaksikan oleh sekitar 20 an orang yang ketika itu sedang menghadiri pengajian di masjid.

Saking jeleknya "Naga", bahkan jika ada orang sakit lalu bermimpi melihat "Naga", maka itu adalah isyarat akan datangnya ajal dalam waktu dekat. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh 'Abdul Ghanî al-Nabulisî   dalam kitab "Ta'thîrul Anâm fî Ta'bîril Manâm"

Menanggapi kepercayaan orang-orang tentang bentuk "Naga" yang sedemikian rupa, Doktor Shabah Mahmud Muhammad memiliki pandangan yang berbeda tentang "Naga". Menurutnya, "Naga" bukanlah hewan sebagaimana dipahami banyak orang. "Naga" sejatinya adalah fenomena iklim. Ia adalah angin perusak yang lazim disebut "Angin topan".

Pendapat serupa juga disampaikan oleh al-Mas'ûdî. Menurutnya, "Naga" adalah angin hitam pekat memanjang yang muncul dari dasar laut sehingga membuat pusaran lingkaran yang dahsyat di permukaan laut. Al-Mas'ûdî  menambahkan bahwa karena bentuknya yang panjang menjulang dari laut ke awan, didukung warnanya yang hitam pekat itu, orang-orang mengira bahwa "Naga" itu adalah ular yang besar.

Wallâhu A'lam...

Referensi:
1. Kitab "Mausû'atut Thayr wal Hayawân fil Hadîts al-Nabawî" karangan 'Abdul Lathîf 'Âsyûr.
2. Kitab "Hayâtul Hayawân al-Kubrâ" karangan Muhammad bin Mûsâ al-Damîrî.
3. Kitab "al-Hayawân" karangan al-Jâhidh.
4. Kitab "Ta'thîrul Anâm fî Ta'bîril Manâm" karangan 'Abdul Ghanî al-Nabulisî
5. Software android kamus al-Ma'ânî  versi Inggris-Arab

Komentar

  1. Kalo ulama punya pendapat mengenai naga, apa sebenernya naga memang ada?

    BalasHapus
  2. Sebut halanmannya biar kami cari

    BalasHapus

Posting Komentar